Assalamu’alaikum wr.wb
Sahabat...
hari ini 7 Maret adalah tepat usia ayahku bertambah menjadi 47thn dan tanggal
30 Mei nanti usia ibuku memasuki angka 49thn, Ayahku 2 tahun lebih muda darinya :) . Hmmm.... sahabat betapa
sayangnya aku terhadap mereka, namun semua itu sulit sekali untuk ku ungkapkan rasanya
kelu untuk mengatakan cinta dan sayangku secara langsung kepada mereka, beda
tipis dengan orang² JATUH CINTA yang sulit untuk MENGUNGKAPKAN CINTAnya... :)
Selama ini kebanyakan
hanya teman²
dunia maya yang tau bahwa aku selalu menyayangi mereka,dan selama ini
rasa sayangku kepada mereka hanya berupa wujud perbuatan, bukanlah untaian
kata-kata yang tersusun rapih dan indah menyentuh hatinya seperti seorang
penyair, tapi aku senang saat ada seseorang yang mengatkan bahwa dengan
perbuatan juga bisa mereka pahami rasa cinta dan kasih mu itu.
ini adalah pertama kalinya ku beranikan diri
mengungkapkannya meski didunia maya :) / :( entahlah...., Entah
kapan mereka akan melihat apa yang aku ungkapkan ini?
Sebuah tanya
terlintas dalam diri ini “Sebetulnya apa
yang menyebabkanku seperti ini? begitu sulit untuk mengungkapkan perasaan yang
amat sebetulnya ini berharga bagi mereka jika kuungkapkan secara langsung.”
Karena
sikap yang seperti inilah sampai beberapa orang disampingku berkata bahwa sikap
ceria yang selama ini ku tunjukkan dihadapan teman-teman seolah itu
palsu... Sahabat rasanya sakit saat mendengar itu, mungkin memang ia diantara
keceriaanku ada beberapa momen yang memang sesungguhnya itu aku sedang sedih,
namun apakah aku harus nampak sedih dihadapan kalian ? maka ceria itulah untuk
membuatku nampak tegar dihadapan kalian. Setelah saya mendengar kata² itu
lebih membuat aku lebih banyak bersikap dingin terhadap sekelilingku sampai aku
terlihat begitu kaku dihadapan kalian, kecuali orang² yang benar² aku kenal aku bisa begitu nyaman.
Pzzztztzt...pzzzzttt..... Jadi curhat
di dumay nich ceritanya? :) tapi iya
memang sengaja :) Gpp ya
... Sahabat mau lanjut membaca kembali?
Ok lanjut !
Kembali mengenai kasih sayang, ternyata bukan hanya aku yang mengalami
hal ini, diakui oleh kakak² laki-laki dan adik perempuanku,mereka mengalami apa
yang ku rasakan sulit menunjukan perasaan kami. Hmmmm....... kalau aja ada
psikolog mungkin tau apa nama kasus psikologis yang kami alami ini .... Tapi
ingat Allah SWT lebih mengetahui segala apa yang ada dalam isi hati, maka
sampai sekarang saya tenang-tenang saja dengan sikap seperti itu. Mungkin
karena kami sudah terbiasa dari kecil
seperti itu tidak terbiasa untuk mengungkapkan perasaan secara langsung. Namun,
saya yakin mereka pasti mengerti bahwasanya kami menyayanginya.
Tapi sampai kapan aku
harus menyimpan RIBUAN KATA² dalam
hati ku yang sudah menggunung ini ‘-‘ ???
Ayah... Ibu... baru beberapa
bulan terakhir ini kami belajar untuk mengungkapkan itu, KARENA ADA CINTA yang tumbuh dihati kami, rasanya
sulit dan kami semakin sadar bahwa kalian begitu berharga, dengan segala apa
yang telah kalian korbankan selama ini... Ayah betapa berharganya setiap keringat yang menetes darimu... karena disetiap
tetesan itu mengandung kasih sayang....
Dan berharganya sorotan mata yang
begitu tulus dari seorang Ibu yang sesaat begitu jelas nampak kami melihat
kasih sayang mu,,, meski terkadang cintamu yang besar itu sulit kami lihat dan
sadari.... Hanya SAAT TERSENYUMLAH.... kami mengerti bagaimana rasanya kasih
sayang dan cintamu.
Ayah... terimakasih telah sabar
mendampingi ibu, dengan segala kekurangan yang dialami ibu bukanlah penghalang
untuk tetap menyayangi kami TERIMAKASIH ayah, jikalau engkau tak menyayangi
kami mungkin sudah lama kau tinggalkan kami dan ibu yang sedang sakit*.

And I’m proud of you.... My Father
I’m really.... really LOVE YOU”
banyak sekali pengorbananmu yang
berikan padaku tanpa mengharapkan imbalan. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan yang terbaik untuk ayah dan ibu. Insya Allah kami tak akan lupa
untuk mendo’akan mu... Semoga kami
menjadi anak-anak yang sholeh serta sholehah bagi kedua orang tua kami.
Amiin....
Sahabat ini ada sebuah hadist
yang semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita, bahwasanya pengorbanan orang tua
itu tidak terhitung
Rasulullah Saw pernah
berkata kepada seseorang, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu."
(Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)
Keterangan:
Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini. Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya. Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?" Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang.., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakanakan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.' Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).
Keterangan:
Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini. Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya. Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?" Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..." Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang.., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakanakan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.' Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).
Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa
mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)
Wassalamu’alaikum wr. wb
Dipersembahkan
untuk :
Idi
Hermawan Setiapati dan Siti Jubaedah
(Ayah dan Ibuku)
Yulius
dan Reza Agus Muhar (Kakak-kakakku)
Resita
Sari (Adikku)
Sahabat
dan teman-teman semua
0 komentar:
Posting Komentar